A & O Magazine Edisi XI Manusia & Alam September 2020 | Page 24

dengan mudah mendapatkan contohnya dari lingkungan sekitar kita. Karena itu, saya tidak akan panjang lebar menjelaskannya disini.

Bagi orang yang menjunjung tinggi nilai pendidikan, ia mendasarkan segala sesuatu dengan hal-hal seperti apakah ia bisa mengembangkan diri, apakah ada yang bisa dipelajari, apakah ada yang bisa diajarkan kepada orang lain, dsb. Sedangkan orang yang menjunjung tinggi nilai estetika biasanya peduli akan tampilan. Namun, orang ini belum tentu mementingkan harta. Dalam arti bahwa, orang yang memperhatikan penampilan belum tentu sesuai dengan asumsi negatif bahwa orang ini hanya mementingkan harta. Orang yang memperhatikan estetika cenderung rapi, bersih,

atau berjiwa seni, misalnya orang yang hobi melukis, membuat prakarya, suka menyanyi, dsb. Karena mementingkan estetika, belum tentu ia mementingkan harta, misalnya banyak seniman yang berpendapatan tidak tetap, namun selama ia masih tetap dapat berkarya, ia tetap merasa bahagia.

Untuk orang yang mementingkan nilai-nilai politik, segala hal dialaskan pada tujuan diluar dirinya. Orang jenis ini belum tentu masuk partai politik. Orang yang masuk partai politik belum tentu memiliki nilai-nilai politik. Orang jenis ini sangat peduli terhadap isu-isu sosial, misalnya isu HAM, isu pemanasan global, isu kekerasan terhadap perempuan dan anak, dsb. Tipe ini biasanya banyak yang menjadi relawan.

Orang yang menjunjung nilai sosial juga mementingkan hal diluar dirinya. Namun, berbeda dengan orang politik, ia mementingkan lingkungan sosial yang ia tahu. Orang jenis ini cenderung mementingkan keluarga, orang tua, saudara, dsb. „Makan nggak makan asal kumpul“ adalah prinsip orang jenis ini. Tipe terakhir adalah orang yang menjunjung nilai ekonomi. Nah, kalau orang jenis ini adalah orang yang menjunjung keuntungan bagi dirinya sendiri. Meski demikian, keuntungan pribadi yang dimaksud disini bukan melulu soal uang.

menjunjung nilai ekonomi. Nah, kalau orang jenis ini adalah orang yang menjunjung keuntungan bagi dirinya sendiri. Meski demikian, keuntungan pribadi yang dimaksud disini bukan melulu soal uang. Hal yang ditanyakan oleh orang jenis ini misalnya, „Untungnya buat saya apa?“ atau „Kalau nggak ada untungnya buat saya, buat apa saya lakukan?“. Kadang orang seperti ini terlihat mata duitan atau oportunis