A & O Magazine Edisi 13 Burnout, Boreout, Brownout 03 / 2021 | Page 8

negatif. Menurut Schaufeli dan Buunk (2003), individu yang mengalami burnout cenderung mengalami gangguan dari aspek emosinya. Mereka cenderung lebih murung, tidak memiliki motivasi, menjadi cepat marah, sensitif, mudah curiga serta memperlihatkan sikap permusuhan dengan orang di sekitarnya. Selain mengganggu sisi afektif, burnout juga berdampak pada aspek kognitif. Karyawan menjadi cenderung merasa tidak berdaya, putus asa, dan tidak bertenaga sehingga mengganggu keberhasilannya dalam bekerja. Aspek perilaku karyawan yang mengalami burnout terlihat dari ketidakhadirannya di tempat kerja ataupun menurunnya prestasi kerja. Hal-hal tersebut tentu saja merugikan perusahaan pada akhirnya. Singkat kata singkat cerita, dapat disimpulkan bahwa burnout yang dialami oleh karyawan tidak hanya mengganggu pribadi karyawan semata, tetapi juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupannya, baik dalam keluarga, relasi dengan rekan kerja, maupun organisasi tempat ia bekerja.

Untuk mengatasi burnout yang dialami karyawan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama adalah dengan melakukan hal-hal yang disenangi walau sekecil apa pun. Melakukan hal-hal yang disukai tentu saja membawa perasaan menyenangkan dalam diri sehingga dapat mengurangi emosi negatif yang dirasakan. Selanjutnya adalah fokus mengerjakan tugas-tugas utama yang ada di dalam pekerjaan. Umumnya kelelahan yang dialami oleh karyawan sebagian besar disebabkan oleh banyaknya tugas tambahan yang diberikan kepadanya dibandingkan dengan mengerjakan tugas utama. Dengan demikian,