A & O Magazine Edisi 13 Burnout, Boreout, Brownout 03 / 2021 | Page 46

Terimakasih sebelumnya telah menyediakan waktu untuk bersedia diwawancarai dengan A & O Magazine. Sebagai awal, bisa diceritakan latar belakang anda?

Basic saya itu PR, komunikasi, dan marketing. Saya pernah punya start-up juga selain ini yang berhubungan dengan teknologi. Namanya kartu jajan. Produk ini diperuntukkan untuk sekolah-sekolah. Kartu jajan bisa jadi ID, untuk jajan, bisa ditracking ke orang tuanya. Kami jual putus ke beberapa bank, salah satunya Bank Muamalat. Tahun 2017 saya coba buat bisnis baru e-procurement yang saya namakan kurasi.

Apakah ada peran keluarga dalam kehidupan anda sebagai pengusaha?

Kebetulan saya punya figur ayah yang bukan pekerja kantoran. Jadi memang dari kecil arahnya nggak ada passion untuk kerja kantoran. Saya cepet bosen, butuh sesuatu yang baru. Saya lebih suka gagal mencoba sesuatu yang baru ketimbang stuck disitu-situ saja. Saya masukin riwayat pekerjaan karena atasan yang baik itu yang pernah merasakan menjadi karyawan. Riwayat pekerjaan saya itu dari kantor ibu saya sendiri.

Bagaimana prosesnya hingga anda akhirnya memiliki usaha sendiri?

Dari kuliah itu sudah mulai networking. Saya bukan figur yang baik. Saya lulus kuliah dalam waktu 7 tahun. Tapi selama waktu kuliah itu dipenuhi dengan saya ketemu orang dan networking. Dari situ saya ketemu partner-partner yang bagus dan ketemu investor-investor. Saya kuliah di MMN, lembaga pendidikan milik Kompas Gramedia. Disana saya ada mata kuliah entrepreneurship dan belajar untuk berbisnis dengan menggunakan teknologi. Waktu kuliah saya sudah buat usaha bidang fintech. Waktu itu pasar fintech belum terlalu terkenal seperti sekarang.

Bagaimana akhirnya bisa merambah membuka usaha ke sektor logistik?

Yang kita lakukan ini sebenarnya balik ke platform konvensional. Awalnya kami usaha pengadaan barang. Di indonesia untuk platform B2B masih butuh human touch, seperti tatap muka, negosiasi, bahkan untuk invoice masih butuh platform hardcopy. Bahkan perusahaan-perusahaan terkenal digital, masih menggunakan platform conventional. Kita sebenarnya middleman untuk UMKM yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar, karena perusahaan-perusahaan besar biasanya ada syarat untuk logistik yang tidak atau sulit dipenuhi oleh UMKM. Yang kita lihat disini adalah keterbatasan vendor-vendor UMKM. Supaya tidak kesulitan keuangan, kita sediakan capital-nya untuk para vendor ini.

Bagaimana proses perkembangan Kurasi?

Awalnya jualan platform ke Telkom, Grab, dsb. Ternyata marketnya terlalu sempit kalau hanya jualan platform. Yang lebih diperlukan adalah database vendor kita dan ketersediaan kita dengan syarat mereka. Tahun 2017/2018 akhirnya kami nggak cuma merambah di logistik saja, tapi juga pengadaaan barang dan jasa. Kita biasanya melakukan pengiriman provide chain perusahaan-perusahaan, misalnya untuk pengiriman barang kaos-kaos Telkom. Kita juga yang melakukan pengadaan barang dengan Grab untuk helm. Kami juga melakukan pengadaan vest untuk Bike Messenger. Bike Messenger itu partner kami. Layanannya seperti grab tapi untuk sepeda. Untuk barang-barang kecil, misalnya katering. Daerah perkantoran sering berada pada satu wilayah namun memiliki beberapa titik. Seperti layaknya JNE, mereka bisa masuk dan parkir disana. Mereka lebih cepet dan efisien. Pada akhirnya kita bukan hanya logistik tapi juga pengadaan barang.