A & O Magazine Edisi 13 Burnout, Boreout, Brownout 03 / 2021 | Page 34

keinginan anda. Setelah itu, coba kritisi semua keinginan anda tsb, seberapa besar kemungkinan keinginan anda akan sukses. Anda dapat mengetahui seberapa tingkat kemungkinan kesuksesan anda dengan mengkritisi pengalaman, pengetahuan, keahlian, relasi, sumber finansial, dsb yang sebaiknya anda miliki untuk mencapai keinginan anda.

Berusaha mengenal diri sendiri juga dapat menjadi jurus ampuh mencegah brownout. Dengan mengenali diri sendiri, kita mengetahui kekurangan, batasan, sumber daya, serta kelebihan diri sendiri. Hal ini dapat membuat kita lebih percaya diri dan yakin akan kemampuan diri sendiri. Mengenal diri sendiri termasuk diantaranya lewat mengutarakan apa yang diinginkan oleh diri sendiri baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain secara konstruktif. Dalam hal ini termasuk kemampuan untuk menolak sesuatu dan memberi batasan terhadap sesuatu.

Mengenali kembali makna kerja juga dapat dilakukan untuk mengembalikan motivasi dalam bekerja. Dalam hal ini, beberapa pertanyaan dapat diajukan, misalnya “Mengapa saya merasa kurang nyaman dalam bekerja? Apakah karena beban kerjanya, sektor kerjanya, atau karena apa?”, “Apa yang saya butuhkan agar dapat termotivasi kembali? Apakah training, job desc baru, mentor, atau apa?”, “Apa yang saya sukai dalam pekerjaan ini?”, “Nilai-nilai apa yang saya miliki dan dapat saya terapkan ke dalam pekerjaan saya?”, “Apa saja yang dapat saya syukuri selama bekerja?”.

Mencoba hal baru di luar pekerjaan juga dapat membantu untuk menemukan hal yang membuat anda termotivasi. Hal baru di luar pekerjaan dapat dilakukan dalam hal keagamaan, kerelawanan, kewirausahaan, dsb. Orang yang mengalami brownout biasanya tidak terlalu mementingkan sisi materi. Yang lebih diutamakan oleh orang yang menderita brownout adalah aktualisasi diri.

Meski brownout tidak seterkenal boreout apalagi burnout, namun fenomena ini dapat ditemui di dunia kerja. Kita semua memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Jika 8 jam kita gunakan untuk tidur, lalu 8 jam untuk bekerja, maka kita punya waktu 8 jam untuk melakukan hal-hal lainnya. Jika perjalanan ke dan dari tempat kerja lebih dari 1 jam setiap harinya, belum lagi ada banyak kegiatan lain yang harus kita lakukan, seperti berbelanja, bersosialisasi, membereskan rumah, dsb, jika semua waktu kita tersita, apakah kita masih punya waktu untuk mencari makna hidup? (Christi, berbagai sumber)