A & O Edisi X Emansipasi Laki-Laki | Page 67

Akhir-akhir ini kita makin akrab dengan istilah „unicorn“. Istilah ini tidak mengacu pada kuda yang memiliki cula badak, sebagaimana yang ada di dunia dongeng. Namun, istilah ini mengacu pada perusahaan yang baru saja didirikan. Sama bombastisnya dengan unicorn di dunia dongeng, istilah ini mengacu pada perusahaan baru yang dalam waktu singkat dapat mencapai pendanaan sebesar lebih dari USD 1 miliar.

Istilah ini diperkenalkan oleh Aileen Lee, seorang investor, pada tahun 2013. Sejak itu, banyak perusahaan-perusahaan teknologi dikategorikan sebagai unicorn. Katadata mencatat setidaknya ada 4 perusahaan unicorn pada tahun 2018 yang berasal dari Indonesia. Mereka adalah Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.

Teknologi semakin berkembang dan ketergantungan manusia terhadap teknologi semakin besar. Selain unicorn, banyak perusahaan yang juga bergerak di bidang teknologi. Dengan tidak menganaktirikan perusahaan teknologi lain dan demi menumbuhkan minat berwirausaha, rubrik „Perintis“ kali ini menyorot Dwi Wahyudi. Ia adalah pemilik usaha jasa pemrograman. Menggeluti usaha IT jauh sebelum ada unicorn, Dwi mengalami pasang surut dunia usaha IT. Bagaimana kisah sepak terjang Dwi sebagai pengusaha?

Be Yourself. Unless you are a unicorn, be a unicorn.

Sebelumnya terima kasih untuk waktunya bersedia diwawancarai oleh A & O Magazine. Bisa sedikit diceritakan latar belakang Pak Dwi secara pribadi?

Saya lahir di Jakarta dari keluarga militer. Ayah saya seorang Brimob yang bertugas di Jakarta. Tapi karena ayah saya meninggal waktu saya umur empat tahun, jadi saya pindah ke Surabaya ikut kakek dan nenek. Waktu umur enam tahun ibu saya menikah lagi. Saya pindah lagi ke Jakarta dengan orang tua. Kemudian pindah lagi waktu SMP ke Surabaya. Jadi saya lama besar di Surabaya. SMP, SMA, kuliah di Surabaya. Trus dapet kerja di Bogor. Jadi, sejak 2001 sudah tinggal di Jabodetabek.

Kenapa bisa kepikiran untuk usaha sendiri? Ada kisah waktu kecil sempat usaha apa? Atau ada pengaruh lingkungan atau orangtua sehingga memutuskan untuk membuka usaha?

Mungkin karena perjalanan hidup. Bapak tiri sudah pensiun waktu saya lulus SMA. Jadi, waktu itu mandiri. Bayar kuliah dari uang pribadi. Untuk meringankan beban orangtua, dari SMA saya sudah terbiasa jarang jajan. Dari SMA ngajar karate karena sudah tinggi sabuknya. Jadi dapat uang

Mengejar Unicorn

PERINTIS

67 A & O Magazine / Juni 2020