Patut diingat bahwa ketika mendekati pihak yang ingin anda ajak kerjasama, proses yang berlangsung adalah proses pencarian informasi. Saling memahami kebutuhan masing-masing pihak adalah kunci sukses pola pikir transaksional. Oleh karena itu, berasumsi adalah hal yang sangat dihindari oleh pola pikir ini. Asumsi hanya dapat menimbulkan kesalahpahaman yang justru dapat memutuskan proses kerjasama. Ketika anda telah memiliki informasi yang anda butuhkan sebagai bahan untuk mencapai tujuan anda, barulah negosiasi dan transaksi dapat anda lakukan.
Dalam proses negosiasi atau transaksi, adalah hal yang wajar jika anda harus berulang-kali meyakinkan pihak lain. Bahkan, penolakan adalah juga hal yang wajar. Hal lain yang juga penting dalam bernegosiasi atau bertransaksi adalah evaluasi. Dalam hal ini, jika hal yang ingin anda tuju tidak tercapai, ada baiknya ada melakukan evaluasi terhadap proses yang telah anda jalani. Apakah kriteria yang anda tentukan telah sesuai dengan tujuan yang akan anda raih? Apakah pihak-pihak yang telah anda kontak adalah memang pihak yang dapat memenuhi kebutuhan anda? Pertanyaan-pertanyaan demikian dapat anda ajukan untuk mengkritisi dan memperbaiki proses yang telah anda jalani.
Dalam proses negosiasi atau transaksi, bukan tidak mungkin anda bertemu dengan pihak yang memiliki pola pikir finansial. Untuk menghadapi pihak ini, lakukan pendekatan finansial. Patut diingat bahwa, meski pendekatan finansial diberlakukan, tujuan yang anda akan capai jauh lebih besar dari materi yang anda berikan dalam proses akhir transaksi.
Selain bersifat dinamis dan memberikan berbagai solusi alternatif, pola pikir transaksional juga dapat mengembangkan jaringan anda. Selain itu, pola pikir ini juga dapat menjaga berbagai pihak untuk berada pada posisi setara dan menjalin hubungan dengan sehat karena semua pihak yang berhubungan adalah pihak-pihak yang saling membutuhkan.
(Christi)
Referensi: Buku „The Bartering Mindset“, Brian C. Gunia
Cara untuk mengelompokkan pihak yang akan anda ajak kerjasama adalah dengan mengkategorikannya ke dalam kategori keuntungan tinggi/resiko rendah, keuntungan tinggi/resiko tinggi, keuntungan rendah/resiko rendah, dan keuntungan rendah/resiko tinggi.