A & O Edisi V Mar 2019 Salutogenesis | Page 18

Kerendahan hati intelektual lebih dikenal dengan istilah intellectual humility. Istilah ini sering dikaitkan dengan kebijaksanaan intelektual. Kudashov dan Mosienko (2018) menjelaskan bahwa adalah hal yang wajar jika kita tidak tahu atau tidak dapat tahu mengenai segala hal. Lebih lanjut, pengetahuan yang kita miliki, dapat digunakan secara bijaksana. Bahkan, kita sebaiknya mengakui bahwa kita dapat melakukan kesalahan atas

pengetahuan dan kepercayaan yang kita miliki. Dengan demikian, adalah hal yang lumrah jika kita berusaha mengerti dan mencari

tahu tentang hal yang kita tidak tahu.

Kerendahan hati merupakan kebijaksaan manusia untuk melawan sifat-sifat buruk, seperti arogansi, egoisme, kesombongan, dan juga keangkuhan.

Kerendahan hati

intelektual muncul dalam bentuk kesadaran bahwa adalah hal yang manusiawi ketika seseorang melakukan

kesalahan secara intelektual. Hal ini membuat seseorang berpikiran lebih terbuka dan berpikir kritis, bahkan terhadap diri sendiri. Individu yang demikian tidak merasa bahwa dirinyalah yang paling benar namun juga tidak berpendapat bahwa ialah yang selalu salah.

Individu dengan kerendahan hati intelektual mampu menghormati

keyakinan atau pendapat

orang lain. Selain itu, individu demikian bersedia mengakui dan mengoreksi kesalahan. Kerendahan hati

intelektual juga membuat orang berani untuk

menghadapi kontroversi atas pendapat yang

diyakininya. Dalam menghadapi masalah, individu demikian bersedia mendengarkan berbagai pihak yang terlibat. Individu dengan kerendahan hati intelektual tidak berusaha menutup-nutupi ketidaktahuannya.

ketidaktahuannya.

Bahkan, ia menggunakan ketidaktahuannya sebagai sarana untuk mengembangkan diri dan meningkatkan

pengetahuan serta keahliannya.

Dimasa dimana informasi mudah didapat seperti

sekarang ini, banyak orang merasa bahwa

dirinyalah yang paling benar. Masing-masing hanya mencari dan mau tahu dengan kebenaran yang diyakininya. Hal ini justru menjadi paradoks dari kemudahan mencari informasi, karena kemudahan mengakses informasi ternyata tidak membuat kita belajar dan mengembangkan diri, namun justru membuat kita semakin menjadi katak dalam tempurung. Dalam situasi seperti inilah kesalahpahaman dan konflik berkembang, karena masing-masing pihak merasa paling benar dan tidak ada yang bersedia mengoreksi diri. Hal demikian justru akan menimbulkan penyangkalan akan kebenaran yang terjadi diluar pendapat dan keyakinan seseorang.

Kerendahan Hati Intelektual

Psyche

18 A & O V/Mar 19