A & O Edisi IV Des 2018 Keadilan Dalam Organisasi | Page 45

Dear redaksi A & O Magazine,

lewat surat ini saya ingin mencoba menbagi situasi yang saya hadapi. Mudah-mudahan redaksi A & O Magazine dapat membantu menganalisis masalah saya dari sudut pandang yang berbeda.

Umur saya 45 tahun. Kebetulan saya sudah menikah dan punya 2 anak. Saya dan suami sama-sama bekerja. Selama beberapa tahun kehidupan rumah tangga saya makin memburuk. Saya bahkan berhenti bekerja agar dapat berkonsentrasi dengan anak dan keluarga. Namun setelah saya berhenti bekerja pun, hal yang harus diselesaikan bukannya tambah berkurang, melainkan justru semakin bertambah. Ini bukan karena manajemen waktu saya buruk. Namun, rasanya seperti tidak ada tenaga untuk menghadapi tugas-tugas rutin sehari-hari. Sepanjang hari yang saya rasakan hanya letih, bahkan dipagi hari sebelum memulai aktivitas sehari-hari.

Anak saya yang sulung butuh terapi. Kebetulan dia lahir premature. Sejak lahir hingga hari ini, ia telah mengikuti berbagai macam terapi. Suami tidak terlalu peduli dengan keadaan dirumah. Hal yang remeh-temeh pun dia tanyakan ke saya, seperti pembayaran tagihan. Juga demikian halnya dengan kondisi anak, dia serahkan semuanya pada saya. Kalau ditanya bagaimana baiknya, ia hanya mempercayakan sepenuhnya pada saya. Ditempat kerja saya tidak dapat berkonsentrasi karena memikirkan anak-anak. Sedangkan dirumah saya juga tidak tenang karena saya butuh pekerjaan.

Mudah-mudahan dengan surat singkat saya ini, redaksi A & O dapat membantu memberikan second opinion atas situasi yang saya hadapi.

Salam,

Pembaca A & O

ear Ibu Pembaca

yang produktif,

Terimakasih atas kepercayaan ibu untuk berbagi masalah kepada kami.

Situasi yang ibu hadapi memang berat. Situasi ini juga dihadapi oleh banyak perempuan pekerja saat ini. Beberapa langkah dapat ibu terapkan dalam situasi yang ibu hadapi.

Berkenaan dengan suami, ajaklah suami berdiskusi tentang pikiran dan perasaan yang ibu rasakan selama ini. Usahakan jangan memakai kalimat yang menuduh, seperti „Kenapa kamu…“ atau „Kamu selalu….“. Buatlah kalimat lebih ditujukan pada ungkapan diri sendiri, misalnya „Saya seperti merasa dilepas sendirian selama ini. Karena harus melakukan banyak hal sendirian, seperti mengurus anak dan rumah tangga.“ atau „Saya sedih karena….“ atau „Saya kecewa karena….“. Setelah mengungkapkan perasaan, tawarkan juga keinginan, harapan, atau solusi yang Ibu pikir terbaik bagi keluarga Ibu. Jika suami memberikan ide atau solusi, berusalah mempertimbangkan atau menerima. Jika suami telah melakukan suatu perubahan, berikan perhatian atau bahkan pujian. Memang terkesan seperti memperlakukan kanak-kanak. Meski demikian patut diingat bahwa bagi sebagian orang apa yang orang lain pikir sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar, belum tentu demikian halnya bagi orang lain. Dari surat Ibu terkesan bahwa Ibu telah menjalani situasi ini selama bertahun-tahun. Jika selama bertahun-tahun menikah dan suami tidak peka terhadap perubahan yang Ibu alami, berarti suami tidak cukup peka akan situasi keluarga. Kemungkinan suami Ibu berpikir bahwa Ibu mampu melakukannya, atau berpikir bahwa semuanya baik-baik saja, atau memang suami Ibu sama sekali tidak peka.

D

A & O IV/Des 18 44