A & O Edisi IV Des 2018 Keadilan Dalam Organisasi | Page 19

serta saling sikut-menyikut (Glick dkk, 2018). Sehingga, kontes maskulinitas tidak hanya berdampak buruk bagi karyawan laki-laki, namun juga bagi karyawan perempuan (Glick dkk, 2018).

Kontes maskulinitas yang terjadi ditempat kerja belum tentu dilakukan oleh semua orang. Meski demikian, hal ini dapat menghasilkan situasi abai secara umum (pluralistic ignorance). Situasi ini

terjadi ketika seseorang tidak percaya pada norma yang berlaku secara umum dan beranggapan bahwa orang lain menjalankan norma yang ditentangnya itu. Akibatnya, individu tersebut enggan mengkritik norma yang ditentangnya, karena berpikir bahwa hal tersebut bukanlah hal yang umum.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mengabaikan situasi kerja yang didominasi oleh kontes maskulinitas akan menurunkan tingkat komitmen kerja dan kepuasan kerja, menurunkan kesehatan

mental, dan meningkatkan konflik

ditempat kerja (Munsch dkk, 2018). Sebuah penelitian ditahun 2018 oleh Matos dkk menunjukkan bahwa kontes maskulinitas diasosiasikan dengan tingkat stress yang tinggi, konflik dalam kehidupan pribadi dan kerja, keinginan untuk berhenti kerja, menurunkan komitmen kerja dan nilai kerja.

Dibalik semua sisi negatif yang diakibatkan oleh kontes maskulinitas, ernyata terdapat sedikit keuntungan dari fenomena ini. Masih lewat penelitian yang dilakukan Matos dkk, ternyata kadar yang cukup dari kontes maskulinitas cukup dapat meningkatkan komitmen

kerja dan nilai dari pekerjaan. Meski demikian, porsi ini hanya berefek pada karyawan laki-laki. Dengan kata lain, dampak ini tidak dirasakan oleh karyawan perempuan. Hal ini tidaklah mengherankan. Penelitian lain menunjukkan bahwa tempat kerja yang sarat dengan nuansa kontes maskulinitas cenderung mendiskreditkan perempuan ditempat kerja .

(Christi).

A & O IV/Des 18 18

Shemale