A & O Edisi IV Des 2018 Keadilan Dalam Organisasi | Page 17

Masih tergiang dibenak Dita, komentar salah satu rekannya ketika ia mengutarakan niat untuk melanjutkan kuliah dan berniat bekerja paruh waktu. „Buat apa sih sekolah ngejar jabatan tinggi-tinggi? Kan nanti juga hanya akan jadi ibu rumah tangga!“ Komentar yang diucapkan dengan senyum dan nada lembut ini tidak membungkus makna agar Dita sebaiknya membungkam niatnya untuk menerima tawaran promosi jabatan yang kabarnya baru saja hari ini ia dengar.

Istilah „langkah kaki laki-laki lebih panjang dari perempuan“ atau „perempuan urusannya hanya sumur, dapur,

dan kasur“ adalah istilah yang banyak dikaitkan dengan keterlibatan perempuan diranah publik. Istilah yang kelihatannya telah usang dan dimakan waktu ini justru masih bercokol dibenak banyak orang. Tidak hanya laki-laki yang memiliki pendapat demikian, tidak sedikit perempuan yang juga berpendapat senada. Tidak hanya kaum tua, tidak sedikit kaum muda yang juga berpendapat demikian. Tidak hanya orang yang tinggal dipedesaan, banyak orang yang tinggal dikota-kota besar juga memiliki pikiran yang serupa. Tidak hanya orang yang memiliki pendapatan rendah, banyak juga orang dari golongan sosial menengah keatas berpendapat yang sama. Lalu bagaimana situasinya dalam dunia kerja jika masih banyak orang yang berpendapat demikian?

Untuk banyak laki-laki, pekerjaan tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan finansial. Lebih dari itu, pekerjaan bagi laki-laki adalah jati diri, identitas yang menandai status seseorang. Dalam filosofi jawa, seorang laki-laki dikatakan sempurna jika telah memiliki curigo yang dapat diartikan sebagai pekerjaan atau penghasilan, wismo yang dapat diartikan sebagai rumah atau tempat tinggal, turonggo yang dapat diartikan sebagai kendaraan,

Kontes Maskulinitas

Dalam filosofi jawa, seorang laki-laki dikatakan sempurna jika telah memiliki curigo yang dapat diartikan sebagai pekerjaan atau penghasilan, wismo yang dapat diartikan sebagai rumah atau tempat tinggal, turonggo yang dapat diartikan sebagai kendaraan, kukilo yang dapat diartikan sebagai hobi, dan garwo yang dapat diartikan sebagai pendamping hidup.

A & O IV/Des 18 16