Martabat
Dan
Kehormatan
Dalam Perusahaan
karyawan saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Pertama kali dirumuskan oleh Bies dan Moag pada tahun 1986, peneliti mendefinisikan keadilan bersosialisasi sebagai prosedur yang ditetapkan dalam berinteraksi didalam lingkup organisasi.
Keadilan bersosialisasi terdiri dari dua hal, yakni keadilan interpersonal dan keadilan informasi. Keadilan interpersonal terjadi ketika pihak atasan atau manajemen memperlakukan karyawan secara bermartabat dan hormat dengan cara, misalnya, menghindari perlakuan atau perkataan kasar. Keadilan informasi terjadi ketika pihak atasan atau manajemen menjelaskan alasan atau latar belakang dari prosedur, hasil, atau keputusan -terutama yang mempengaruhi karyawan secara langsung. Membagi informasi yang berkaitan dengan tugas atau pekerjaan dan tidak menahan-nahan atau bahkan menyembunyikan informasi juga merupakan bagian dari keadilan dalam bersosialisasi.
Keadilan bersosialisasi ini dapat dicapai jika telah memenuhi 4 kriteria (Bies dan Moag, 1986). Kriteria pertama adalah justifikasi. Unsur ini menggambarkan apakah pihak atasan atau manajemen memberikan penjelasan terhadap karyawan. Unsur selanjutnya adalah kebenaran. Yang dimaksud dengan kebenaran dalam hal ini adalah sikap tanpa tedeng aling-aling alias tidak menutup-nutupi dan tanpa tipu muslihat. Atau, dalam istilah bahasa Jermannya dapat dikatakan sebagai tidak ada udang dibalik bakwan.
residen Jokowi terkenal dengan sikapnya yang merakyat. Sifatnya yang rendah hati membuatnya mampu menaklukkan hati berbagai kalangan, mulai dari kalangan birokrat, kalangan teknokrat, dari dunia industri, hingga sebagian besar kelompok masyarakat lainnya.
Dalam skala organisasi, kemampuan pemimpin untuk memperlakukan semua pihak dengan baik termasuk dalam salah satu aspek dari keadilan organisasi, yakni keadilan bersosialisasi. Lebih tepatnya, keadilan bersosialisasi ditunjukkan dengan bagaimana pihak manajemen dan
P
A & O IV/Des 18 14