A & O Edisi III Agt 2018 Revolusi Industri 4.0 | Page 22

saya jarang melihat psikolog yang menjalankan fungsinya sebagai konselor bagi masalah yang dihadapi oleh karyawan.

Kalaupun ada praktisi HR yang berlatarbelakang psikologi dan sanggup menjalankan fungsi Bimbingan & Penyuluhan seperti layaknya guru BP di sekolah, sayangnya, biasanya mereka tidak memiliki otoritas yang memadai untuk memberikan masukan kepada pemimpin tertinggi perusahaan seputar masalah kekaryawanan yang terjadi di tubuh organisasi tersebut. Berbeda dengan Rhoades yang memiliki otoritas untuk mengatakan sejumlah hal untuk mengubah atau memodifikasi kebijakan Axelrod. Pun, jika sang psikolog memiliki otoritas cukup untuk melakukan itu, pada akhirnya semua keputusan sangat bergantung dari pemimpin tertinggi perusahaan.

Saya menangani cukup banyak sesi tanya-jawab dengan pengguna media

sosial LinkedIn yang mayoritas merupakan profesional dan pekerja. Pertanyaan mereka sebagian besar seputar bagaimana memecahkan masalah pekerjaan yang mereka hadapi, misalnya:

• Kesewenangan atasan terhadap bawahan tanpa Job Desc & KPI yang terukur.

• Fungsi HR yang hanya administratif semata dan cenderung “Yes Man” terhadap otoritas tertinggi di perusahaan

tersebut.

• Office Politics dan saling-sikut antar-karyawan, yang tidak dapat dimitigasi oleh kepemimpinan yang kuat & berwibawa.

A & O III/Agt18

22

sumber foto: joomag.com