A & O Edisi III Agt 2018 Revolusi Industri 4.0 | Page 18

A & O III/Agt18

18

Baru-baru ini pemerintah Indonesia mencanangkan program Making Indonesia 4.0 dengan menyiapkan lima sektor industri yaitu makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, otomotif, kimia, dan elektronik. Program yang menunjukkan keseriusan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini juga memberikan tantangan yang sangat tinggi.

Tantangan yang disampaikan oleh Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, tersebut antara lain: kurang berkembangnya industri upstream dan midstream; belum optimalnya zona industri secara komprehensif; kemampuan yang masih kurang dalam mengikuti tren sustainability yang telah dicanangkan secara global; tertinggalnya produktivitas industri kecil dan menengah; digitalisasi baik secara platform maupun insfrastruktur yang masih belum siap; keterbatasan dana dan teknologi; kompleksitas permasalahan tenaga kerja; pusat inovasi yang masih sangat terbatas; penerapan insentif fiskal

yang belum memadai; serta kebijakan yang masih belum optimal dan tumpang tindih. Tantangan-tantangan tersebut tentu saja tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga tugas dari semua unsur industri sebagai pemangku kepentingan serta masyarakat.

Revolusi Industri 4.0 merupakan sebuah era baru dunia industri yang mengedepankan kapasitas sumber daya manusia sehingga diperlukan transformasi yang komprehensif bagi seluruh pelaku dunia kerja. Dengan melihat kondisi yang ada saat ini, revolusi yang sudah didengungkan di berbagai penjuru dunia memberikan pertanyaan dari dua perspektif yang berbeda: apakah revolusi industri 4.0 merupakan sebuah ancaman atau justru sebagai sebuah peluang?

Ancaman?

Kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam memenuhi tuntutan revolusi industri 4.0 menjadi pekerjaan rumah yang cukup kompleks terutama di Indonesia.

Salah satu ciri khas revolusi industri 4.0 adalah ruang kreatif dan kolaboratif bagi setiap SDM karena dituntut untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan yang kompleks. Revolusi industri 4.0 juga menuntut karyawan untuk lebih berdaya saing, karena saat ini SDM tidak hanya menghadapi persaingan dari bangsa sendiri, melainkan juga menghadapi persaingan secara global dan berhadapan langsung dengan siapa pun pelaku industri.

Untuk menjadi SDM yang kreatif, mampu berkolaborasi, dan memiliki daya saing, karyawan harus memiliki kompetensi yang dapat diandalkan. Kondisi ini tentu berkaitan dengan proses pendidikan yang dijalani. Revolusi industry disebut sebagai pekerjaan rumah yang cukup kompleks karena pembahasan mengenai kompetensi pada akhirnya tidak hanya bermuara pada kesiapan SDM di ranah industri, melainkan juga berkaitan dengan kesiapan pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang handal yang mampu menjadi pelaku industri yang kompeten.