A & O Edisi III Agt 2018 Revolusi Industri 4.0 | Page 16

dengan negara-negara di kawasan Amerika (32 %) dan Eropa, Timur Tengah, serta Afrika (30 %). Meski demikian, survei yang melibatkan lebih dari 2 ribu perusahaan di 26 negara ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi terbaru di kawasan Asia Pasifik dalam 5 tahun ke depan diprediksi justru lebih rendah (31 %) dibandingkan dengan kawasan Amerika (42 %) dan Eropa, Timur Tengah, serta Afrika (41 %).

Lalu apa yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah atau meminimalisir dampak dari revolusi industri 4.0? Gary Rynhart, pegawai senior ILO kepada media sewaktu mempublikasikan hasil penelitian ILO, mengatakan bahwa industri kecil dan menengah dapat menjadi salah satu tulang punggung yang ampuh demi mencegah tingginya tingkat pengangguran. Industri kecil dan menengah tidak rentan dengan dampak otomatisasi dan digitalisasi karena sasaran utama dari revolusi industri 4.0 adalah industri berskala besar, perusahaan asing, atau perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan asing. Selain itu, pengeluaran juga menjadi pertimbangan industri kecil dan menengah untuk tidak menerapkan digitalisasi dan otomatisasi.

Hal lain yang menurut Rynhart penting adalah pelatihan dan pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, komitmen saja tidaklah cukup. Diperlukan kurikulum yang terpadu dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal ini, menurut Rynhart, baru Singapura yang telah memiliki keterpaduan antara kebutuhan dunia kerja dengan sistem pendidikan.

Meski demikian, datangnya revolusi tidaklah membuat dunia industri menjadi pesimis. Berdasarkan survey ILO, perusahaan memprediksi bahwa di tahun 2025 permintaan domestik akan bertambah 39 %, ekspor di Kawasan ASEAN akan bertambah sebesar 27 %, kualitas teknologi akan meningkat sebesar 26 %, dan keahlian pekerja lokal akan meningkat sebesar 24 %. (yz)

A & O III/Agt18

16

sumber foto: joomag.com